Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan datangnya musim hujan merupakan faktor risiko terjadinya penyakit. Biasanya pada musim ini, menurut Prof Tjandra, penyakit yang muncul disebabkan bakteri dan parasit, terutama pada wilayah yang rawan banjir. Saat banjir melanda, beragam kuman yang berasal dari "septic tank" dan kotoran hewan terangkat hanyut terbawa arus air yang bisa mengkontaminasi bahan pangan, air atau langsung mengingfeksi manusia. Karenanya, Kementerian Kesehatan RI melalui khususnya Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), kembali mengingatkan masyarakat akan ancaman penyakit menular di saat musim banjir. Ditjen P2PL juga mengingatkan kepada seluruh jajaran kesehatan di daerah dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen P2PL terkait masalah ketersediaan logistik, kesiapsiagaan tenaga atau personel, peningkatan surveillance untuk pemetaan daerah rawan, dan peningkatan koordinasi, baik lintas program maupun lintas sektor. Selain itu, P2PL juga akan menyiagakan rapid response team di setiap tingkatan, untuk melakukan tindakan segera bila diketahui adanya ancaman potensial kemungkinan terjadinya peningkatan penyakit menular. Nah, berikut beberapa penyakit yang diklain ikut muncul saat musim hujan dan banjir tiba...
Leptospirosis Dikenal juga dengan penyakit kencing tikus, penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. yang ditularkan dari hewan ke manusia, dan sebaliknya. Bakteri ini dengan mudah berkembang biak pada lingkungan yang becek, berlumpur, dan kotor. Urine (air kencing) dari individu yang terkena penyakit ini merupakan sumber utama penularan. Saat banjir, air kencing tikus terbawa melalui banjir dan dapat masuk ke tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata, dan hidung.
Chikunguya Penyakit ini sudah ada sejak dulu, namun kini marak lagi setiap musim hujan. Penyakit ini disebabkan oleh virus chikunguya, juga ditularkan ke manusia oleh nyamuk Aedes aegypti. Gejalanya demam mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang, serta ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Gejala lainnya adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada selaput mata, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah, dan kadang-kadang disertai gatal pada ruam. Demamnya sering rancu dengan penyakit demam dengue, demam berdarah dengue, dan campak. Tetapi, nyeri sendi merupakan gejala yang menonjol.
Demam Berdarah Dangue Pada saat musim hujan, biasanya akan terjadi peningkatan tempat indukan nyamuk aedes aegypti, yaitu nyamuk penular penyakit demam berdarah. Hal ini dikarenakan pada saat musim hujan, banyak sampah seperti kaleng bekas, ban bekas, dan tempat-tempat tertentu terisi air dan terjadi genangan selama beberapa waktu. Genangan air itulah yang akhirnya menjadi tempat berkembang biak nyamuk tersebut. Dengan meningkatnya populasi nyamuk sebagai penular penyakit, risiko terjadinya penularan juga semakin meningkat.
Diare Diare sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu (personal hygiene). Pada musim hujan dengan curah hujan yang tinggi, potensi banjir meningkat. Pada saat banjir, sumber-sumber air minum masyarakat, khususnya sumber air minum dari sumur dangkal, akan ikut tercemar. Di samping itu, pada saat banjir biasanya akan terjadi pengungsian dengan fasilitas dan sarana serba terbatas, termasuk ketersediaan air bersih. Itu semua menjadi potensial menimbulkan penyakit diare disertai penularan yang cepat.
ISPA Penyebab ISPA (infeksi saluran pernapasan atas) dapat berupa bakteri, virus, dan berbagai mikroba lainnya. Gejala utama dapat berupa batuk dan demam. Jika berat, dapat atau mungkin disertai sesak napas, nyeri dada, dan lain-lain. Penanganannya: Istirahat; pengobatan simtomatis sesuai gejala, dan mungkin diperlukan pengobatan kausal untuk mengatasi penyebab; meningkatkan daya tahan tubuh; dan mencegah penularan terhadap orang sekitar (misalnya dengan menutup mulut ketika batuk, tidak meludah sembarangan). Faktor berkumpulnya banyak orang misalnya di tempat pengungsian korban banjir juga berperan dalam penularan ISPA.
0 komentar:
Posting Komentar