Menyewakan rahim adalah pekerjaan yang agak asing bagi sebagian orang, namun tidak bagi perempuan ini. Dari 15 anak yang pernah dikandung dan dilahirkannya, 11 di antaranya adalah janin dari perempuan lain yang dititipkan ke rahimnya.
Kesebelas bayi orang yang dilahirkan oleh perempuan bernama Meredith Olafson (47 tahun) ini terdiri dari 2 pasang bayi kembar 3, sepasang bayi kembar 2, serta 3 bayi yang lahir sendiri-sendiri. Bayi yang berasal dari sel telurnya sendiri malah hanya 4 orang.
Perempuan asal Fargo, North Dakota ini mengaku senang punya anak sendiri, sehingga merasa sedih jika membayangkan ada perempuan yang tidak bisa punya anak sendiri karena rahimnya bermasalah. Dengan alasan itulah, ia terpikir untuk menyewakan kandungannya pada perempuan-perampuan yang tidak beruntung itu.
"Saat kamu melihat wajah para orangtua itu, saat melihat USG (ultrasonografi) untuk pertama kalinya dan melihat jantungnya berdetak, atau bahkan mendengarnya, itu sangat tidak ternilai harganya," kata Olafson seperti dikutip dari MSNBC, Rabu (11/4/2012).
Kebahagiaan para orangtua yang menitipkan bayi ke rahimnya adalah kebahagiaan juga bagi Olafson, jauh melebihi honornya sebagai ibu pengganti atau surrogate mother. Biasanya ibu pengganti dibayar sekitar Rp 2,3 miliar sekali hamil, namun Olafson mengaku tidak memasang tarif semahal itu.
Alasan lain yang mendorong Olafson untuk menyewakan rahim adalah kemampuan fisiknya dalam menjaga kehamilan. Selama ini, ia tidak pernah mengalami morning sickness atau mual-mual di pagi hari, bahkan masih bisa tetap bekerja hingga beberapa hari sebelum melahirkan.
Selain itu, Olafson hampir selalu melahirkan setiap anaknya dalam proses yang tebilang singkat sejak kontraksi hingga anaknya keluar.
"Yang paling lama adalah kelahiran anak perempuan tertua saya, yakni 1 jam 15 menit. Anak kedua yang juga perempuan hanya 30 menit, sedangkan 2 anak terakhir cuma butuh waktu 20 menit," kata Olafson bangga.
Sebagai ibu pengganti, Olafson menyadari bahwa orangtua asli dari bayi-bayi yang dikandungnya adalah pemilik embrio atau sel telur yang sudah dibuahi sperma. Ia hanya menyewakan rahim untuk tempat tumbuh calon bayi, sehingga secara biologis ia tidak berhak mengklaim anak-anak itu sebagai anaknya.
"Para orangtua itu adalah ayah dan ibunya yang asli jadi pola pikir yang saya tanamkan ketika pertama kali mengandung anak mereka adalah, ini anak mereka. Tidak ada urusannya dengan hubungan saya di masa depan dan sebagainya, jadi mari kita bikin sesederhana mungkin," kata Olafson.
0 komentar:
Posting Komentar