MUNGKIN inilah bahaya baru! Tak pernah disangka kalau dubur manusia juga bisa menjadi sumber petaka. Soalnya, dubur--istilah kesehatannya anus--suka juga melahap benda-benda yang masuk ke dalam liangnya. Terutama kalau ke mulut sang dubur disodorkan benda-benda. Langsung, plup! Ditelannya, lalu masuk ke usus besar.
Kalau itu terjadi, maka ujung-ujungnya berakhir di meja operasi. Kalau benda yang masuk itu belum sempat menimbulkan infeksi atau menebarkan virus atau bakteri sehingga usus menjadi busuk, ya masih bisalah tertolong. Kiranya itulah yang terjadi pada Cenet (20), pria asal sebuah desa di Kabupaten Bireuen. Ia terpaksa dioperasi Jumat (3/2).
Sebuah tabung cat dikeluarkan dari usus besarnya. Cenet (bukan nama sebenarnya) sampai sekarang masih dirawat di Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh. (Baca Serambi edisi Sabtu, 4/2).
Kasus yang menimpa Cenet memang sangat langka di dunia. Sekitar tahun 1987, kasus begitu pernah terjadi di Austria. Pria bernama Joy, menyodomi diri sendiri dengan penis buatan. Celakanya, pada saat puncak, penis itu terlepas dari tangannya, dan plup! Sang dubur pun “melahap†penis tiruan itu, lalu tersedot ke usus besar. Kasus Cenet, tak jauh dari contoh itu. Hanya saja, ia gunakan kaleng cat pilox yang ukurannya tak tanggung-tanggung: diameternya 9 cm, panjang 13 cm.
Cenet membuat pengait dan memasang tali di kaleng cat itu agar mudah dia tarik keluar-masuk dubur dengan gerakan maju mundur. Celakanya, tali itu putus ketika kaleng berada di rongga dubur. Terjadilah petaka itu. Cenet tak bisa mengeluarkan tabung cat itu lagi.
Selama berhari-hari kasus itu dirahasiakannya. Dia berharap bisa keluar bersama tinja saat buang hajat. Ternyata tidak! Mulut dubur yang kecil sempit itu, tak mau melepas mangsanya. Maka tersangkutlah kaleng itu selama sepuluh hari (sampai dia dioperasi). Rasa sakit dalam perut, tak bisa buang air besar (BAB), dan sulit pipis, membuat dia menyerah. Lalu membocorkan “rahasia†itu kepada keluarganya. Diam-diam dia pun dibawa ke RSUZA Banda Aceh. Untung, masih tertolong.
***
Pertanyaan yang begitu musykil adalah bagaimana hal seperti itu bisa terjadi? Jika Cenet dijadikan studi kasus, maka fenomena kejiwaanlah yang agaknya bisa menjelaskan kasus ini. Cenet, anak muda 20 tahun, sedang berada pada tingkat usia puber yang rentan pada gejolak seksual. “Mungkin karena terpengaruh menonton film porno atau pernah bersodomi sesama teman, maka dia ketagihan, sehingga mencari benda lain untuk menggantikan temannya,†ujar Psikolog Nurjannah Nitura, menjawab Serambi di Banda Aceh, Minggu (5/2).
Menurut psikolog yang juga dosen FKIP Unsyiah ini, Cenet diduga mengalami sexualization of behavior yang telah membuat dia teradiksi (ketagihan) atau semacam pedofilia, tertarik terus-menerus untuk bersodomi, lalu melakukan penetrasi seksual dengan menyalurkannya menggunakan benda-benda mati (fatishm) melalui anal. Dalam kasus Cenet, dia menggunakan kaleng cat sebagai pengganti “penisâ€.
Fenomena kejiwaan seperti itu, menurut Nurjannah, harus diatasi dengan terapi individual dan sosial. Benteng regilius sangat menolong, terutama sejak seorang anak mulai tumbuh dewasa.
Lebih jauh, pakar psikoanalisis, Sigmund Freud menjelaskan aspek psikoseksual dengan hipotesisnya. Bahwa “kenikmatan†yang dicapai oleh kaum persodomian, karena sifat-sifat anatomik dari struktur anus dan kaitannya dengan rongga-rongga tubuh manusia di bagian bawah.
Semua rongga itu, sesungguhnya saling berhubungan. Paling tidak dengan mata rantai saraf. Di daerah rectum pada bagian dalam dubur dan berhubungan dengan usus besar, terdapat ribuan batangan saraf yang berhubungan dengan saraf-saraf bagian vital lainnya.
Itulah sebabnya, tulis Freud, pada saat BAB orang dewasa, sampai ke anak-anak, merasa nikmat dan lega. Ada dua sebab kenikmatan itu. Pertama, karena tumpukan feses yang didesak oleh usus besar ke luar, sebenarnya sudah menjadi ampas beracun yang harus segera dibuang. Begitu lepas, orang merasa lega. Kedua, karena terjadi pergesekan pada saraf-saraf di seputar rectum yang menyebabkan kenikmatan yang bersensasi seksual. Itulah cikal bakal persodomian pada orang-orang yang mengidap penyimpangan sistem seksual.
Semua soal yang menjijikkan itu memang bermuara pada anus. Organ ini bergerak menutup dan membuka. Ia digerakkan oleh otot-otot sphinker. Tapi “mulut†anus itu tergolong mungil. Daya cengkeramnya memang diminati oleh para sodomiawan. Sebenarnya, sedemikian ketatnya, sehingga untuk ke luar-masuk dubur diperlukan lubrikasi (pelumasan). Dalam kasus Cenet, tabung cat pilox-nya lebih dulu dilumuri oli untuk tujuan lubrikasi. Hanya saja, kalau sebuah benda sudah masuk, tak mudah lagi ke luar, karena mulut dubur yang kecil dan ketat. Dia ternyata lebih suka menelan dan “mengulum†mangsanya dari pada memuntahkannya!
Padahal, kata dr Jeffri SB-KBD dari RSUZA, seperti halnya usus besar, anus pun berfungsi mendorong, daripada menyedot. Tersangkutnya tabung cat dalam usus besar Cenet, hanya karena tak ada jalan ke luar. Kaleng itu tak bisa menembus anus yang lebih kecil. Tidak ada jalan lain, maka Cenet pun harus dioperasi. Kaleng itu sudah keluar dan Cenet sampai kemarin sudah berangsur pulih.
Dr Jeffri memperkirakan, Cenet secara klinis fisiknya akan sembuh. Tidak ada infeksi dalam usus besarnya. Namun, soal fenomena psikoseksual yang rada menyimpang itu, agaknya anak ini perlu ditangani oleh psikolog atau psikiater. Dan tentu saja, kisah Cenet itu menjadi peringatan bagi semua orang tua untuk mengawasi anak-anaknya. Bila ada sifat-sifat yang aneh, segeralah tangani. Jangan sampai sang anak bermain-main dengan dubur dan merasakan kenikmatan darinya, sebab organ yang satu ini pun ternyata suka juga menelan. Astaga!
0 komentar:
Posting Komentar