Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pukul 04.30 WIB Senin pagi (18/11/2013), tidak membuat warga di dusun Selo, Boyolali, Jawa Tengah panik. Berbeda dengan sejumlah warga yang bermukim di tiga desa di wilayah Klaten, Jawa Tengah yang begitu panik saat terjadi erupsi dari gunung Merapi, warga di dusun Selo sebaliknya tetap beraktivitas seperti hari biasannya.
Semburan debu vulkanik yang dikeluarkan Gunung Merapi, dianggap warga dusun Selo tidakl berbahaya seperti erupsi yang terjadi pada tahun 2010 lalu. Saat itu, Dusun Selo merupakan wilayah terakhir yang terkena dampak semburan abu vulkanik.
Meskipun, hampir keseluruhan dusun Selo merupakan wilayah paling dekat dengan puncak Gunung Merapi. Dusun Selo kembali tidak tersentuh debu vulkanik. Bahkan aktivitas sehari-hari seperti jual beli di pasar Selo, pemerintahan, sampai pendidikan tetap berjalan normal seperti biasa.
Kondisi berbeda justru dialami wilayah dusun Cempogo, Jrakah bahkan hingga wilayah Solo dan Kabupaten Karanganyar yang letaknya dibawahnya Gunung Merapi.
Seorang warga yang sekaligus pemilik sebbuah toko di pasar Selo mengatakan, erupsi yang terjadi pada pagi hari tadi dianggap warga seperti manusia yang sedang teresrang batuk kecil. Sejumlah warga di dusun Selo mempercayai adanya tanda-tanda misteri seperti kilat putih bila Merapi akan meletus.
Bagi mereka, sekalipun ada gemuruh yang cukup besar, dan selama belum ada kilatan putih yang misterius keluar dari arah Gunung Merapi menuju arah Gunung Merbabu, warga disini belum akan mengungsi.
Kilatan putih misterius yang keluar dari Gunung Merapi ke arah Gunung Merbabu sebanyak tiga kali diyakini warga, sebagai tanda yang dipercaya warga dikeluarkan oleh penunggu Gunung Bibi yang letaknya berada di bawah Gunung Merapi.
Gunung Bibi dipercaya sebagai ibu dari Gunung Merapi. Sehingga kilatan putih misterius yang keluar dari Gunung Marapi merupakan isyarat yang dikirim oleh penunggu Gunung Bibi bila erupsi besar akan terjadi.
Warga sekitar dusun meng ibaratkan kalau di manusia itu, ibunya sudah tidak sanggup lagi menenangkan kenakalan sang anak. Jadinya,kilatan putih itu merupakan bentuk teriakan ibunya ke anaknya yang terus membandel.
Meski secara ilmiah apa yang diyakini warga Selo bertolak belakang, namun selama mereka meyakini kejadian misteri tersebut, maka warga tidak akan terlalu lama berada di tempat pengungsian.
sumber
0 komentar:
Posting Komentar